Monday, 26 March 2018

Mohon Waspada!

MOHON WASPADA!
Kemarin ada yang datang di rumah saya orang yang kecurian hpnya di tempat fotokopi. Pencuri menggunakan fotokopi KTP saya atas nama NURZULASNIH untuk fotokopi di tempat itu lalu mencuri hp orang. Jadi mohon hati-hati jika ada yang menggunakan fotokopi KTP atau SIM saya atau persuratan lainnya untuk melakukan kejahatan tertentu apalagi pencurian ataupun penipuan. Terima Kasih.

Friday, 19 January 2018

Puisi

OTT

Orang Tak Tahu
aku bermulut, bermata, bertelinga
kau bisa menyapaku dimana saja
di tempat termulia hingga terhina
di benak mereka bersemayam namaku
ditangisi pengemis tak bertopeng
dikejar supir tak bernama
dicampakkan bagai tak berhati.

Orang Tak Tahu
seketika tawaku pecah tak terbendung
kala orang berjas itu dijaring manusia berseragam
Tahu rasa kau! masihkah terpikir tuk menghamba padaku?
Apa kau tak berTuhan?
Aku digiring ke sebuah gedung pencakar langit
penuh sesak menggemakan namaku
aku difoto penuh silau bagai kilat menyambar bumi.

Tapi Orang Tak Tahu
aku bisa marah
Jangan serakah, kalian!
aku bisa memenjarakan hidupmu
jika sungguh menghamba padaku.

Orang Tak Tahu
Siapakah aku?

Temukanku di saku celanamu.

Makassar, 10 September 2017

Wednesday, 17 January 2018

Hello 2018

Tahun ini semoga menjadi tahun pencapaian. Hidup memang penuh pilihan. Awal tahun adalah ajang refleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih positif. Semoga dapat menjadi sarjana yang bermanfaat untuk orang banyak khususnya bidang bahasa Indonesia. Aamiin. Semangat untuk yang sedang berjuang skripsi. Tetap berjuang apapun kendala dan tantangan. Sebab setelah kesulitan pasti ada kemudahan (Itu janji Allah SWT). Jadi tetap semangat kawan para pejuang skripsi. Paling penting mintalah diberi kekuatan agar siap menghadapi segalanya 💪💪💪💪💪💪
Keep Spirit!

Wednesday, 4 October 2017

SKRIPSI Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama Toko di Kota Makassar (FBS UNM)



ABSTRAK

NURZULASNIH. 2017. “Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama Toko di Kota Makassar.Skripsi (Dibimbing  oleh  Mahmudah dan Nensilianti).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan diksi pada papan nama toko di Kota Makassar, dan penggunaan ejaan pada papan nama toko di Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang dianalisis berupa  teks yang mengandung unsur diksi dan ejaan pada papan nama toko di Kota Makassar. Sumber data yaitu papan nama toko di Kota Makassar. Teknik pengumpulan data yaitu berupa teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data yaitu identifikasi, klasifikasi, analisis, dan deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan diksi pada papan nama toko di Kota Makassar ditemukan kecenderungan masyarakat yang lebih memilih menggunakan kata-kata berbahasa asing yaitu bahasa Inggris dalam memberi nama pada papan nama toko yang mereka dirikan dan penggunaan ejaan pada papan nama toko di Kota Makassar ditemukan kecenderungan masyarakat melakukan penulisan yang tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia khususnya pada penggunaan tanda titik, huruf miring, titik dua, huruf kapital, singkatan, garis miring, tanda hubung, tanda petik dan kata-kata yang tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.



Kata Kunci : papan nama toko, diksi, ejaan.

Saturday, 26 August 2017

CERITA PENDEK



Hei, KAU!
Mentari pagi ini menyapaku, ia seolah bertanya,
“Hei siapa lagi yang kau tunggu?”
Aku bergumam dalam hati, “Tak ada lagi yang aku tunggu.”
Aku duduk disini hanya ingin mengenangmu. Mengenang waktu yang bagai pedang melesat begitu cepat. Menembus semua hari-hariku. Saat semua harapan begitu cepat merasuki jiwa lalu dengan gesit pula berlalu tanpa arah. Aku tidak lagi menunggumu. Tidak sama sekali. Jangan pernah terbesit dalam benakmu bila aku masih menantimu. Semua itu telah pergi bersama daun-daun yang berguguran. Hari ini aku pastikan aku hanya mengenangmu. Sekali ini dan terakhir kalinya. Saat itu kau tidak pernah tahu, setiap hari saat mentari menampakkan sinarnya aku selalu berharap kau akan datang dari seberang kotamu yang teramat jauh untuk menghampiriku, menapaki waktu demi waktu bersama.  Tapi itu harapku, dulu!
-----
“Hei, aku pamit yah, mau ikut orang tua kerja disana.” Tiba-tiba kau dan temanmu datang menghampiri di luar halaman rumahku. Saat itu tak ada rasa apapun, bagiku kau hanya teman biasa. Aku hanya tersenyum bahagia karena aku masih bisa melihatmu lagi sebelum kepergianmu. Saat itu hatiku belum peka memahami getaran hatiku sendiri hingga akhirnya kau pergi, kala itu aku hanya berkata, “Jangan lupa datang ke kota ini lagi, dan bertemu teman-teman kita lagi yah, jangan lupakan kami,” lalu engkau melambaikan tangan dan berlalu. Selang beberapa bulan kepergianmu aku menyadari ada yang hilang dari hidupku dan itu adalah kau. Terlebih lagi, dengan intens kau selalu menanyakan kabarku. Kita berkomunikasi lewat media sosial, kau bercerita tentang kisah kehidupanmu di sana, dan aku menceritakan seluruh keseharianku di sini. Sejak awal kita berteman, aku mengagumi seluruh yang ada pada dirimu khususnya sifatmu yang tak bisa kutemukan di lelaki manapun. Walau tak setiap hari kita berkomunikasi, tetapi beberapa bulan kita selalu berkomunikasi, terlebih lagi kau sering bercerita tentang harapan-harapanmu  di masa depan.  Seakan-akan memberi perhatian demi perhatian hingga aku merasa jika kau menempatkan diriku sebagai bagian dari harapmu. Atau mungkin aku yang terlalu PEDE. Mungkin.
Kala itu, kau ingin menghubungiku. Kau ingin bercerita tentang seorang wanita yang mendekatimu, wanita itu selalu membantu meringankan pekerjaanmu. Kau menghubungiku menceritakan semua rasa tidak nyamanmu atas perlakuannya, aku sangat bahagia ketika kita bisa berbicara lewat telepon, walau hanya sekejap waktu, sebab aku bisa mendengar suaramu yang telah bertahun-tahun tak kudengar. Aku hanya berujar padamu bersikap biasalah padanya. Pernah pula kita mengobrol lepas lewat media sosial dan sampai akhirnya kita berbasa-basi tentang masa depan, aku pun sempat berujar. “Undang yah kalau kau nikah nanti.” Lalu kau bergurau padaku, “Jangan sampai kau yang lebih dahulu menggendong bayi ketika aku datang ke kotamu lagi. hahaha.” Kita selalu  bersenda gurau bersama dan membahas begitu banyak hal tentang kotaku dan begitupun tentang kotamu. Walau sebenarnya hatiku tak pernah mengharap undangan darimu. Tapi aku tak tahu apa yang terbesit dalam hatimu. Apakah sama tak relanya seperti diriku? Entahlah hanya engkau yang tahu. Aku selalu berpesan untuk selalu menjaga kesehatanmu. Aku selalu berujar datanglah ke kota ini jika engkau ada waktu dan engkau selalu memberi harapan jika engkau akan datang jika waktu telah tepat. Apakah waktu akan benar-benar tepat? Seketika tanya itu terbesit dalam benakku. Kita tidak pernah punya nama dalam hubungan ini, tapi aku tahu aku menyimpan rasa yang nyata. Entah bagimu.
Beberapa bulan kemudian, segudang kesibukanku dan mungkin kesibukanmu pula membuat kita sangat jarang berkomunikasi bahkan nyaris tidak pernah tapi harapanku tetap sama padamu. Hingga kabar mengejutkan menghampiriku, salah satu sahabatmu memberi tahu bahwa kamu akan menikah. Hatiku tidak percaya. Aku pun mengecek akun media sosialmu dan aku memulai obrolan dengan hatiku yang tak kuat mengatakan, “Selamat yah atas rencana pernikahanmu,” lalu dengan panjang lebar kau berkata, “Sungguh sangat berat mengatakan kepada orang yang kita sukai bahwa kita akan menikah, tetapi inilah takdir yang harus aku jalani. Maafkan semua kesalahanku. Mohon doanya.” Aku hanya menjawab, “Semoga kamu berbahagia.” Mungkin bagi sebagian orang hal seperti ini adalah biasa, tetapi kau tak tahu besarnya harapan dalam jiwaku, tak semudah itu melupakan penantian yang bertahun-tahun. Kau tidak pernah tahu seketika tangis pecah di pelupuk mataku. Ada rasa sakit yang luar biasa menusuk hatiku. Ada rasa kecewa yang teramat dalam ketika hubungan kita yang tanpa nama ini harus aku relakan terbang bersama seluruh impiku. Satu hal yang paling menyayat hatiku ketika kau mengakui rasa sukamu padaku justru saat kau memilih menjalani seluruh sisa hidupmu bersama wanita lain. Aku sempat bergumam dalam hati bahwa betapa beruntungnya wanita itu memilikimu. Kau tidak pernah tahu betapa sakitnya memikirkan itu. Impian yang begitu rapi kurajut. Aku yang senantiasa menantimu di kota penuh kebisingan ini tetapi nyatanya semua berbeda, sungguh, sangat sakit. Sakit yang tentu butuh waktu hingga semua bisa terobati. Aku sadar hubungan ini memang tak pernah bernama hingga suatu hal yang tak terduga harus selalu siap untuk dihadapi. Ternyata kita saling cinta meski pada akhirnya takdir yang memisahkan kita.
Aku tidak pernah ikhlas. Itu yang harus kau tahu.
---------
Lamunanku buyar ketika rerintik hujan tiba-tiba membasahi bumi. Mungkin semesta mengerti pedih yang pernah aku rasakan bertahun yang lalu hingga ia menjatuhkan bulirnya. Kadang aku berpikir mengapa orang tidak pernah bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh cinta. Hei, aku sedang tidak menantimu, ingat itu! Kau telah memilih jalanmu, aku pun. Meski aku tidak akan pernah lupa kisah itu. Sampai hari ini aku tidak pernah percaya kau akan memupus berjuta harapku, tapi aku yakin kau tidak pernah berniat menyakitiku. Hanyalah takdir yang tak berpihak menyatukan nama aku dan kau menjadi KITA. Dulu cahaya mentarilah yang setia menjadi saksi utuhnya harapku atasmu. Namun, kini telah menjelma menjadi hujan yang menjatuhkan butir-butir luka tak terperi. Tapi kuyakin esok mentari tak akan sudi menyapa namamu lagi. Tidak lagi, sebab hari ini aku menuai harap untuk mengenangmu terakhir kalinya. Terakhir dan ingat jangan pernah mencariku meski suatu hari kau datang menjejaki kota ini lagi. Cukuplah ini menjadi kotaku, bukan kotamu. Itu saja pesanku untukmu kasih yang tak pernah sampai, rindu yang dulu tak pernah usai. Bukan sampai jumpa yang ingin kuucap saat ini, namun selamat tinggal hei kenangan. Hiduplah dalam kenangmu sendiri, jangan lagi melibatkanku. Berbahagialah dengan caramu, akupun. Satu hal yang harus KAU tahu, kini aku hanya selalu berusaha memaafkan sang WAKTU yang kala itu enggan berpihak pada nama KITA.

Makassar, 7 Juli 2017
di rumah kala hujan sore menyapa.

Wednesday, 31 December 2014

Catatan Akhir Tahun 2014



Puing-puing Kenangan di Tahun 2014
Tahun yang aku syukuri, orang tuaku telah teramat membuatku belajar tentang arti kehidupan sesungguhnya. Love you mama bapak
-
Tahun ini tahun yang tak bisa kuurai dengan kata-kata yang dapat seutuhnya mewakili kenangan itu. Jika pun aku ditanya tentang kesanku tahun ini, mungkin aku bisa menyatakan sebagai tahun kepedihan dan kehilangan. lalu tentang rindu yang tak kunjung bersua.
Momen momen di tahun ini mungkin hanya secuil yang bisa aku tuliskan dari berbagai macam cerita yang terjadi
-
Di Januari yang indah. Momen kebersamaan dgn nak Sasindo UNM 2012 saat di Toraja, mengalirkan kenangan yang tak terlupakan. Tentang kebrsamaan kami. Masih teringat ketika heboh di penginapan, kamar sebelah yang gelisah menuju ke kamar kami karena ketakutan akibat suara-suara yang memang mengagetkan di tengah malam. Akupun sempat terbangun tetapi tetap berusaha menenangkan diri.
-
Ketika ikut serta dalam rewriting I La Galigo yang mengharuskanku untuk menulis karya sastra, yah walau pada awalnya di tahun ini ada target untuk tidak menulis karya lalu harusnya lebih banyak berkutat dengan buku tetapi ternyata sebuah proyek besar itu tak bisa kuhindari. Lagi-lagi hidup penuh pilihan, dan saya memilih untuk ikut dan harus menulis, lagipula aku tertarik dengan serpihan kisah-kisah dalam I La Galigo itu, pada akhirnya karyaku hanyalah seperti sebuah hari pembangkitan, lebih tepatnya bangkitnya kenangan yang secara utuh dahulu kututup rapat, di tulisan-tulisan itulah terwakililah segalanya, dan aku tidak pernah menyesal ikut serta karena disana aku belajar tentang kesabaran, pengorbanan, dan kenangan. Yang terpenting aku belajar bahwa kenangan adalah lukisan indah Sang Maha Kuasa untuk suatu saat kau cerita pada dunia dan dunia akan dengan tangan terbuka menerimanya maka MENULISLAH!
-
Tepat di bulan ulang tahunku MEI, kado yang diberikan teman-temanku terutama si Dina yang dengan sengaja menipuku bahwa ia tak ke kampus, ternyata tiba-tiba muncul membawa kue dibarengi bertuliskan dua nama yang berbeda sehari dengan hari ultahku. Pintar anak ini menipu.  Tapi terima kasih kuenya teman-teman. 
Makasih buat 3 adekku-adekku tercinta. 
- Sri Hardyanti yang memberiku kerajinan tangan buatan sendiri yang dibuat berdasarkan nama pendekku yakni UNNY dan ternyata kado terakhir darinya, kado itu awalnya tidak diberi ke saya tepat dihari ulang tahunku, karena menurutnya masih ada yang perlu ia benahi dari kain itu, tetapi karena warnanya pink beberapa hari kemudian saya mengambilnya dan memajang di kamarku, ku katakan ke dia tidak usah diselesaikan karena sudah bagus. Lalu ia hanya tersenyum saja. Makasih Sriku. 
- Buat Nurul Annisa, makasih bingkai fotonya yang berhiaskan menara Eiffel Paris, suatu hari semoga bisa kesana, walau besar keinginanku ke Belanda tapi tak apa. Paris juga kota yang romantis menurut orang-orang. Maklum tidak ingin subjektif menilai tempat yang belum pernah dikunjungi. Berharap ke sana bersama pasangan hidup kelak. Aamiin. Buat adekku 
- Muh. Ilham Huseng makasih untuk biskuitnya, walau sempat kesal sendiri karena merasa iri lebih bagus kadonya nisa sampai-sampai dia nangis sendiri. Haha tapi lucu juga, makasih sudah membuatku merasa menjadi kakak yang begitu dicintai oleh kalian, perjuangan yang luar biasa untuk memberi kesan di hari ultahku, MAKASIH SAUDARA-SAUDARIKU
-
Momen yang tak bisa terlupakan pula ketika adekku Sri menunggu pengumuman kelulusan kuliahnya di salah satu PTN lalu ia menghampiriku, bersorak-sorak gembira karena lulus sesuai dengan pilihan jurusannya sendiri, luar biasa. Dia hebat, tapi sayangnya ia tak sampai sarjana. 
Momen ketika mulai persiapan hingga pementasan kelas SASINDO UNM 2012 dengan teater berjudul “Perempuan dalam Etalase” pengalaman yang menyenangkan dan mengharukan. Terima kasih sutradara dan para pemain sasindo dan seluruh pihak yang telah berjuang untuk suksesnya pementasan ini. TERIMA KASIH BANYAAAAAAK. 
-
Ada pula seseorang yang udah dibela-belain dibelikan kue untuk ultahnya malah dia mengabaikan kami dan berlalu begitu saja. Kami mengerti bahwa ada luka di masa lalu di hari ultahnya tapi seakan tak menghargai usaha kami. kan kami hanya ingin mengukir sedikit senyumnya walau tak utuh untuk bersama-sama berbahagia. Tapi saya tahu bahwa itu tidak akan terlupakan.
-
Kubuat sebuah puisi untuk salah satu sahabatku, semoga ia paham bahwa persahabatan terlalu berharga bahkan bila dibandingkan oleh sebuah puisi pun, kadang kata-kata indah pun tak dapat menjelaskan maupun memadatkannya tapi kau harus paham bahwa tidak semua orang merasa dan dirasakan atas keberadaan seorang sahabat. Mari merenung bersama!
-
Oktober. Semangat pemuda yang tak boleh usai. Harus terus digalakkan.. Pemuda yang memegang tanggung jawab bagi masa depan bangsa Indonesia. Jadilah pemuda terbaik untuk Indonesia. :)
 -
November. Bulan kesedihan, kepedihan dan kehilangan ketika kepergian adekku tercinta di tanggal 24 November 2014 sekitar pukul 06:00 WITA Sri Hardyanti yang lahir 27 desember 1996 telah kembali ke cinta yang sesungguh-sungguhnya. Yang Maha Kuasa. Allah SWT. Setelah ia berusaha melawan penyakitnya, dan dirawat di rumah sakit selama 6 hari,
“Untukmu dek, terlalu banyak kenangan yang engkau ukir, kau pasti tahu ketika aku menuliskan ini tak terasa air mata pun tidak bisa tertahankan, seakan tahun ini kebahagiaan sebesar apapun tertutupi oleh kesedihanku yang jauh lebih besar atas kepergianmu. Kau tahu dek semenjak engkau hadir di dunia bahkan hingga ajal memisahkan kita, saya selalu merasa orang yang paling terdekat denganmu. Selama pun kamu di rumah sakit, saya pun di rumah menjaga Nisa dan Ilham selalu susah tidur karena seperti merasakan pula kesakitanmu, kau tahu dek kata orang kita seperti anak kembar, dari kecil kita selalu kompak beli baju ataupun benda-benda lain yang warnanya sama ataupun jika modelnya berbeda namun pasti ada kesamaan dari apa yang kita beli. Selama hampir 18 tahun akupun tahu banyak hal yang engkau lewati, dan aku pun lewati. Aku memang menyadari setelah kepergianmu bahwa selama tahun ini kebanyakan momen kebersamaan kita dibarengi banyak tangisan entah pada saat engkau curhat ataupun saya yang curhat, rindu teramat dalam akan dirimu, dek. Kau tahu sahabat terbaik dalam hidupku adalah kamu, dek. Tidak ada satupun persoalanku yang tak lepas kucerita ke kamu, dek. Tapi saya sadar hidup ini memang hanya sementara, engkau hanya pergi duluan dari kami yang terlalu teramat mencintaimu, suatu saat kami yang akan menyusulmu. Entah esok, lusa, atau kapanpun itu, terserah pada kuasa Sang Maha Pencipta. Aku selalu mendoakanmu, dek. Baik-baik disana. Al-Fatihah. Aku janji akan melanjutkan hidupku, selalu ingat pesanmu untuk selalu kuat menghadapi hidup ini dan harus yakin bahwa ada orang-orang yang setia menemani dan mendampingi kita dalam hidup ini. Kita hanya harus belajar lebih memahami diri dan lingkungan kita."
Love you so much my sister.  Miss you.
-
Desember. Tahun kenangan. Terlalu banyak puing-puing kenangan yang merekah di bulan ini. Ada banyak hal yang kuingat tentang adekku tercinta setelah kepergiaannya ke haribaanNya terlebih bulan ini adalah bulan ultahnya kado terakhirku ke dia tahun lalu, buku Raditya Dika, dan dia suka, tahun ini dan tahun-tahun berikutnya doalah yang menjadi kado terindah untukmu, dek. Sempat pula serpihan masa lalu mencoba mengusik dan bertamu lagi tapi aku tak izinkan lagi hadir karena cukuplah kenangan yang mengabadikannya.
-
Perjalanan ke Soppeng dalam rangka penelitian banyak kenangan yang indah. Disana belajar mengenal kampungku sendiri. Soppeng lebih luas dari apa yang kubayangkan, berkeliling naik motor bersama teman-teman klpkku Mita, Kiki, Mage, Nunu, dan Anca membuatku sadar bahwa kita memang perlu banyak belajar, banyak melihat, mendengar, merasa, meresapi, dan membaca lingkungan kita agar mengetahui hal terkecil dari hal secuil pun untuk menemukan keindahan sesungguhnya. Belajar mengenal budaya berarti belajar mengenal diri sendiri. 
-
Momen menyenangkan dr pagi hingga sore meski dibasahi hujan yang terus mengguyur kota kami di rumahku bersama Tiwi, Dina, Mage, Nunu. Tepat tanggal 30 Desember 2014, kami berkumpul bersama sebab kampus sedang memanas jadi makan bareng di rumahku. Terima kasih kalian jadi bagian hidupku yang indah. 

Di malam menjelang tahun  baru aku membuat gelang dari karet berwarna merah putih, lambang warna bendera Indonesia. I Love Indonesia. Semoga semakin jaya dalam segala hal. Aamiin. 
Terima kasih semua sahabat dan teman-teman kecil, SD, SMP, SMA, Kuliah telah menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupku selama ini. 
Malam menjelang tahun baru ini tak sanggup rasanya melihat petasan di langit malam yang temaram di luar sana. Sebab aku belum terbiasa melihatnya tanpamu dek. Mungkin saya hanya butuh waktu dan membiasakan diri. Tapi tetap semangat dengan sejuta harapan di tahun yang akan datang
-
Banyak harapan yang ingin kusemai selama tahun 2015 ke depan, tapi yang terutama semoga semua akan jauh lebih baik dalam segala hal. Aamiin.
SELAMAT TINGGAL KENANGAN 2014
SELAMAT DATANG HARAPAN 2015
Oleh: Nurzulasnih
Makassar, 31 Desember 2014
 Di ruang keluarga rumahku