Friday, 6 December 2013

Tulisan



Nyanyian
Sunyi senyap
Senja yang menarikku untuk merindu pada malam
Malam-malam yang sepi
ditemani nyanyian indah bukan lirik tapi instrumen indah
Nyanyian, aku sebut itu nyanyian
Melayanglah aku dalam sendu pada suasana hening
Terdengar instrumen indah ini

Nyanyian tak perlu selalu lirik lagu untuk dinikmati
Ketika hati terbawa pada melodi indah, nada-nada harmoni
Harmoni hati yang tengah ditata rapi
Bersama harap pada hari baru, segala cerita baru
Nyanyian, sungguh selalu ada rindu dibalik melodimu

Makassar, 5 Agustus 2013 Pukul 15:21 WITA

Sunday, 24 November 2013

Puisi

Cahaya Alam
untuk sahabatku

Kala asyik di depan TV
ku terkejut seketika listrik padam
kini sadar besarnya ketergantungan para manusia pada listrik
Segera mencari terang di sudut lain
Tepat di teras rumah
Cahaya luas hadir
Cahaya alam peneduh jiwa
serasa tak terjadi apa-apa 

Aku diam mengedarkan pandang mataku
pada langit yang hanya diselimuti awan putih
ditemani burung-burung kecil berterbangan
lalu hujan rintik-rintik datang menyapa
terasa semakin teduhlah jiwa ini
diiringi suara-suara indah dari masjid
dan kini senja sore semakin menapaki malam
cahaya alam sebentar lagi dihiasi bintang-bintang

Lalu seketika tersadar listrik kembali hidup
Terucap syukur tiada henti kepadaNya
dan mungkin inilah cara Tuhan sekadar mengingatkan manusia
pada ciptaanNya

(Nurzulasnih-Makassar, 24 November 2013)

Monday, 18 November 2013

Puisi



Lilin
                                   
Mereka teringat padamu ketika lampu padam
Ketika bara api menyinari  setiap sudut rumah
Ketika kepanikan menghantui mereka
Tentu ketika lampu padam mereka mengingatmu

                                        Rasa senang melanda ku ketika mereka  sedih
                                        Lalu menyergap segenap rasaku ketika ku dengar
                                        Bara api mu telah lenyap dan aku tertawa
                                        Beginikah hidupmu ? Hanya diingat ketika lampu padam

Mereka mengingatmu ketika lampu padam
Aku pun mengerti engkau dijadikan sumber energi cahaya
Ketika tak ada sumber energi  cahaya lain
Seperti  lampu, dan senter itu

                                        Mereka mengingatmu ketika lampu padam begitupun denganku
                                        Tetapi tak hanya itu aku tahu bahwa aku tak harus seperti mu
                                        Seperti dirimu yang menerangi kegelapan lalu hancur
    Saat  bara api mu telah habis
    Lilin, sungguh mereka mengingatmu ketika lampu padam.

                                                                                             Oleh:  Nurzulasnih
                                                       
 Makassar,  19 Maret 2013 dan 21 Maret 2013        

Friday, 15 November 2013

Menulis

Pramoedya Ananta Toer yang merupakan seorang sastrawan Indonesia menyatakan bahwa,
“Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Selayaknyalah perlu kita merenung sejenak bahkan sedalam-dalamnya memikirkan maksud dari penyataan dari Pram ini betapa pentingnya menulis itu di dalam eksistensi diri kita di dalam kehidupan ini.
Menulis adalah kata yang tidak asing lagi bagi sebagian orang bahkan semua orang di dunia ini yang telah mengenal baca dan tulis yang tentu tahu menulis itu apa. Menulis merupakan pengungkapan gagasan dari pikiran kita tentang sesuatu hal yang dituangkan dalam sebuah tulisan Namun yang menjadi hal yang perlu menjadi sorotan apakah setiap dari kita sudah menjadikan menulis sebagai sebuah kegiatan yang rutin? Benar saja tidak semua orang bersedia melakukannya, terlebih dengan segala rutinitas yang dianggap jauh lebih penting dibandingkan menulis itu sendiri. Saya pun tak menampik hal itu, ketika kita berusaha mencoba memulai menulis berbagai faktor dapat menghalangi kita untuk menuangkan gagasan kita dalam menulis seperti malas, tugas yang harus diselesaikan, hiburan-hiburan yang telah tersedia di era globalisasi ini dan berbagai hal lain yang menghalangi kita memulai dengan satu kata bahkan satu huruf pun belum tentu berminat untuk memulai menulis.
Namun perlu kita pula kembali berpikir bahwa menulis semestinya tidak menjadi asing bagi kita, pikirkanlah makna kalimat yang diucapkan oleh Pram di atas bahwa yang tidak menulis akan hilang dari sejarah. Nah betapa kata-kata itu justru menjiwai kehidupan Pram, ketika ia sudah tidak lagi menjejaki kehidupan ini, namun tulisan-tulisannya tetap dibaca oleh masyarakat hingga saat ini. Coba bayangkan saja seandainya Pram tidak menuliskan apapun, Apakah kita akan tahu siapa dia? Apakah kita akan mengenal jauh lebih banyak tentang dirinya melalui tulisannya?
Pada kenyataannya tak bisa dipungkiri bahwa tulisan itu abadi, meski kita suatu saat tak lagi bernafas, tak lagi dapat menikmati indahnya dunia ini, tapi dengan menghasilkan tulisan justru penulis-penulis seakan tak pernah mati seakan hidup dengan utuh melalui tulisan-tulisannya. Adapula penyataan dari Pram bahwa “Menulis adalah sebuah keberanian…” dari kalimat ini tentu menulis bukanlah sesuatu hal yang sederhana, tapi kegiatan yang memang memerlukan keberanian, kemauan untuk memulainya.
Selain sebagai sebuah eksistensi diri di tengah masyarakat melalui penulis, maka Cobalah rasakan sendiri kepuasan diri ketika apa yang kita rasa, apa yang kita dengar, apa yang kita alami, apa yang kita lihat itu kita tuliskan, tentu berbagai gagasan itu tidak menjadi suatu yang sia-sia sebagai sebuah peristiwa yang telah terjadi yang terkadang memori kita bahkan sudah lupa dengan jelas apa yang kita alami. Maka menulislah, rasakan kenikmatan itu sendiri! Namun ingatlah juga bahwa kita (saya dan kamu) yang berminat menulis bahwa dalam hal menulis tentu dahuluilah dengan banyak membaca, itu pula PR bagi saya sendiri. Semoga kita bisa sama-sama merenungkannya dan tentu bertindak nyata.
Biarlah dunia mengenal kita tanpa perlu berjabat tangan dengan kita secara langsung, tetapi justru mendekap tulus diri kita melalui tulisan-tulisan kita. Tentu juga jangan lupa pada kalimat yang baik ini, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”, maka menulislah suatu tulisan yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
MEMBACA, MEMBACA, MEMBACA dan MENULISLAH!